Saturday, December 16, 2006

MEMAHAMI FUNDAMENTAL INVESTASI


Tabloid Kontan Edisi Khusus Desember 2006 membahas mengenai Prospek Investasi tahun 2007. Ada baiknya sebelum melakukan investasi sebaiknya kita membaca tulisan Perry Erick Renaldo yang menjadi salah satu pemenang TRIM WRITING AWARD 2005 mengenai investasi, resiko dan mengembangkan kekayaan untuk menghadapi masa pensiun di bawah ini.

Oleh Perry Erick Renaldo


Our prospertity as a nation depends upon the personal financial prosperity of each of us as individuals

George Clason


Bisakah Saya Pensiun? Tulisan ini merupakan relfleksi pemikiran saya atas apa yang telah saya pelajari mengenai uang, kekayaan, investasi dan pensiun. Saya telah melihat banyak orang yang tidak bisa pensiun dengan tenang pada masa tuanya yang disebabkan tidak cukupnya kekayaan yang dibangun semasa usia kerjanya.

Saya juga mengamati bahwa banyak dari orang yang pada saat ini sedang berada pada usia kerjanya, tidak atau kurang mempersiapkan masa pensiunnya. Tidak seperti di Amerika Serikat dan Singapura, dimana usia adalah 65 tahun, di Indonesia seseorang mencapai pensiun pada usia 55 tahun. Sepuluh tahun lebih cepat. Dengan asumsi usia bila kita mencapai 75 tahun saja, maka setelah pensiun, masih ada waktu hidup selama 20 tahun. Suatu masa yang tidak pendek. Survei di Amerika menunjukkan bahwa hanya dua dari 100 manula (di atas 65 tahun) yang bisa hidup mandiri. Sisanya harus bekerja atau hidup dari tunjuangan, baik dari keluarga mau pun pemerintah.

Oleh karena itu timbul lah pertanyaan: apakah saya bisa pensiun dengan tenang dan kalau bisa, bagaimana caranya?

Pada tahun 1892, seseorang bernama Stanley Lebergott melakukan kajian di Amerika dan menemukan bahwa dari 4,047 jutawan Amerika, 84% di antaranya adalah orang kaya baru (nouveau riche), mencapai predikat jutawan tanpa warisan sama sekali.

Sekitar seratus tahun kemudian, Thomas Stanely, Ph.D melakukan penelitian pada tahun 1996 dan menemukan fakta bahwa hanya 3,5 juta dari 100 juta rumah tangga di Amerika yang berpredikat kaya dimana 80%-nya adalah one-generation self-made millionaires.

Banyak orang, yang merasa anti atau memiliki sentimen negatif mengenai kata kaya. Dalam bahasa Inggris, selain rich, ada kata lain yang sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia namun memiliki pengertian yang sama dengan rich, yaitu: affluentdan wealthy. Jadi, setiap kali saya menyebutkan kata kaya, saya juga merujuk kepada kata affluent dan wealthy.

Jadi, mengapa kita harus kaya? Sederhana: Untuk bisa pensiun dengan penuh gaya, Anda harus kaya Saya tidak tahu apa definisi seseorang tentang menjadi kaya, tetapi untuk bisa pensiun dengan penuh gaya (jalan-jalan keliling dunia, mengunjungi cucu, golfing, tanpa menerima bantuan keuangan dari siapa pun) saya pikir orang orang tersebut harus memiliki sejumlah kekayaan yang cukup.

Kaya, bisa berarti tidak memilik hutang, punya kesehatan yang baik, punya teman dan keluarga yang memperhatikan. Tetapi dari sisi finansial, kekayaan jelas diukur dari angka rupiah yang dimiliki. Thomas Stanley sendiri mendefinisikan being affluent --- secara kualitatif --- adalah kemampuan untuk hidup lebih dari 10 tahun, tanpa bekerja sama sekali.

Bila Anda seperti saya, berumur di awal 30, yang artinya memilik rentang waktu 20 tahun untuk mempersiapkan pensiun, maka investasi bisa merupakan jawabannya. Sebenarnya, tidak harus berinvestasi, tetapi ini bisa menjadi salah satu caranya. Adalah suatu hal yang masuk akal bahwa Thomas Stanley menemukan korelasi positif antara menabung dan berinvestasi dengan kekayaan.

Sama seperti Stanley Lebergott dan Thomas Stanley, saya percaya bahwa pada era pada saat ini, tidak seperti pada era kerajaan dulu, adalah mungkin bagi orang yang biasa-biasa saja untuk membangun sebuah kekayaan dalam satu generasi. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan fundamental dari investasi, faktor resiko yang ada dan menjelaskan secara singkat bagaimana cara berinvestasi. Saya menyadari bahwa data yang saya rujuk kebanyakan bukan dari Indonesia, namun saya percaya bahwa dalam investasi ada hukum universal, sama seperti gravitasi; baik di Inggris mau pun di Indonesia, Sir Isaac Newton akan melihat apel jatuh ke bawah.

Saya berharap bahwa tulisan ini memberikan pencerahan bagi pembaca untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai dunia investasi.

Perkenalkan: Fiat Money


Seorang ahli sejarah pernah mengatakan bahwa hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak pernah belajar darinya. Hal yang sama juga terjadi dalam dunia finansial. Pada tahun 1918, Jerman menelan pil pahit, yaitu kalah dalam PD 1 dan diwajibkan untuk membayar hutangnya. Dalam tekanan untuk membayar hutang, Pemerintah Jerman mencetak uang sebanyak-banyaknya sehingga sesaat sebelum PD 2, mata uang Jerman turun drastis, dari Mark 4 per US Dollar, menjadi Mark
4.000.000.000.000 per US Dollar (Empat Triliun Mark per US Dollar)..!

Di Koran Tempo, 14 November 2005, ada artikel berjudul: “Ingin Sejahtera? Menabunglah”. Sebuah kepercayaan konvensional, yang sayangnya adalah ilusi. Mengapa? Jawabannya adalah Fiat Money. Bila dulu setiap uang yang dicetak selalu dicadangkan sejumlah emas (disebut: gold standard), namun sejak tahun 1970-an, hal ini sudah tidak ada lagi. Fiat Money adalah uang yang diterbitkan pemerintah sebagai alat pembayaran yang sah, dimana nilainya semata mengacu kepada kesepakatan atau hukum, bukan atas nilai sesungguhnya (seperti yang pernah terjadi pada uang berbasis logam), juga bukan atas cadangan logam mulia tertentu. Terbitnya Fiat Money mendorong apa yang dikenal dengan inflasi.

Sejak tahun 1949 hingga 1995, Deutsche Mark, salah satu mata uang terkuat di Eropa, telah kehilangan 71% dari nilainya. Sedangkan US$1 pada tahun 1801, setara dengan US$0.07 (7 sen) pada tahun 2003. Hal yang sama juga terjadi pada rupiah.

Menabung adalah landasan untuk menjadi kaya, namun tidak bisa membuat orang menjadi kaya


Menaruh uang di bank hanyalah untuk mempertahankan kekayaan (bila Anda sudah kaya) bukan untuk menjadi kaya. Dengan menabung, kita mendapatkan risk-free rate, yaitu tingkat pengembalian yang dikatakan tidak mengandung resiko. Saya menekankan kata ‘dikatakan’, karena itulah anggapan konvensional. Tidak mengandung resiko, karena tingkat pengembalian uang sudah dipastikan.

Bagaimana bank Anda bisa memberikan 6%? Tentunya, dengan mendapatkan return melebihi 6%. Adalah wajar bahwa untuk mendapatkan return melebihi apa yang dijanjikan kepada nasabahnya, bank menanggung resiko. Dan seperti conventional wisdom lainnya: ‘Saya tidak mau menanggung resiko dengan uang saya’.

Namun, apa yang ditemukan oleh Thomas Stanley? There is a strong correlation between one’s willingness to take financial risk and one’s level of wealth (The Millionaire Mind karangan Thomas Stanley, Ph.D. halaman 12. Huruf miring ditambahkan untuk penekanan.)

Adalah tujuan saya untuk menunjukkan apa itu resiko dan bagaimana cara untuk mengaturnya dan bukannya menghindarinya.

Apa yang Seharusnya Ditakutkan

Jadi, apa yang seharusnya ditakutkan? Bukannya tidak punya uang (yang biasanya ditabung), tetapi tidak memiliki daya beli (purchasing power) yang cukup untuk menopang hidup.

Di bawah ini adalah tabel dari biaya hidup dengan asumsi inflasi sebesar 10% / tahun.

Tabel 1 Biaya Hidup – Disesuaikan Inflasi Usia Biaya Hidup per bulan

(Th) (Rp)
30 5.000.000
35 8.052.550
40 12.978.712
45 20.886.241
50 33.637.500
55 54.173.530
60 87.247.011
65 140.512.184
70 226.296.278
75 364.452.418
80 586.954.264

Andaikan pada saat ini, Anda adalah seseorang yang berusia 30 tahun, dan pada saat ini memerlukan Rp 5 juta per bulan untuk menunjang hidupnya, maka Anda memerlukan Rp 54 juta per bulan pada saat pensiun di usia 55 tahun. Dan ingat, bahwa ini hanya sekedar untuk menyamakan daya beli pada saat Anda berusia 30 tahun, bukan untuk melebihinya...!

Yang menambah payah adalah bahwa pada saat berusia 30-40 tahun, kita tidak merasa perlu untuk mempersiapkan hari tua; merasa bahwa penghasilan dan uangnya akan terus bisa diterima dan bertambah.

Pada saat ini, hampir tidak ada perusahaan yang menawarkan uang pensiun dan kalau pun ada, saya ragu bahwa jumlahnya mecukupi untuk penghidupan yang layak. Lagipula, bergantung kepada orang lain atau institusi lain untuk menopang hidup kita adalah suatu hal yang sangat tidak bijaksana.

Di Mana Tempat Berinvestasi

Pada saat ini ada banyak cara untuk berinvestasi, ada yang mengatakan emas atau logam mulia lain, ada yang mengatakan surat hutang pemerintah, juga ada yang mengatakan pasar saham. Mana yang paling baik?

hutang yang diterbitkan pemerintah, disebut Treasury Bill dan Treasury Bond3 di Amerika, sedangkan di Indonesia disebut Surat Utang Negara (SUN), biasa disebut sebagai investasi fixed-income securities. Disebut fixed karena tingkat pengembalian telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan investasi di saham (sering juga disebut equity) tidak memiliki kepastian akan tingkat pengembalian. Hal inilah yang menyebabkan investasi di dalam instrumen surat hutang pemerintah disebut risk-free4.

Adalah menarik bahwa 95% dari jutawan Amerika masuk ke dalam pasar saham sebagai tempat berinvestasi. Mungkin itu bisa menjelaskan sesuatu. berinvestasi di dalam pasar saham berbahaya dan memiliki resiko tinggi dan seharusnya dihindari? Bukankah pola investasi di dalam pasar saham bersifat random walk? Dua buah penelitian yang dilakukan oleh James O’Shaughnessy dan Jeremy Siegel menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, sesungguhnya pasar saham memiliki pola yang baku.

Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Siegel menemukan bahwa real return (hasil yang didapat setelah inflasi) dari pasar saham jauh melebihi surat hutang, emas, dan tidak diragukan lagi: bila kita menyimpan dalam bentuk uang kontan di dalam laci.

Di gambarkan bahwa dollar jatuh setelah selama ±150 tahun stabil. Dalam kurun waktu 40-50 tahun terakhir ini lah terjadi penurunan yang tajam atas mata uang dollar, yaitu setelah dicabutnya gold standard. Juga bila kita berinvestasi pada instrumen surat hutang.

Bagaimana hal ini dapat terjadi? Harga saham berdasarkan aset-aset riil seperti: properti, mesin, pabrik dan ide (hak paten atau ciptaan) yang cenderung untuk mengalami apresiasi, seiring dengan terjadinya inflasi. Sedangkan surat hutang didasarkan atas janji yield yang dibayarkan dalam bentuk uang.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa tren tersebut hanya terjadi di Amerika saja. Namun, saya memiliki keyakinan bahwa mengenai investasi dan finansial, berlaku hukum yang bersifat universal, sama seperti grafitasi. Tahun 2005 ini adalah tahun yang berharga dimana pasar saham Indonesia berkali-kali didera oleh sentimen negatif, namun memperlihatkan resilency yang kokoh (lihat gambar 2).

Dari gambar 1, terlihat adanya kecenderungan mean reversion, yaitu suatu kejadian yang bila diamati dalam jangka waktu yang pendek tampak berfluktuasi namun dalam jangka waktu yang lebih panjang, tampak lebih stabil.

Sebagai contoh adalah curah hujan, yang tampak bervariasi dari hari-ke-hari, namun tampak lebih terpola bila dilihat dari tahun-ke-
tahun.

Hal yang sama juga terjadi dengan pasar saham. Dari Gambar 1 terlihat bahwa pergerakan harga saham dengan jelas mengikuti garis tren. Dan hal ini terjadi walaupun menghadapi Perang Dunia I , The Great Depression 1929, Perang Dunia 2, bearish pada 1970-an, inflasi besar-besaran dan crash tahun 1987. Reversion pun berlaku di bursa saham Indonesia. Ini adalah suatu hal yang sederhana dan logis.

Dan mean reversion ini, sesungguhnya lah yang harus diperhatikan oleh investor mau pun calon investor. Resiko dalam berinvestasi (yang diukur dari standar deviasi) memperlihatkan hal yang spektakuler, dimana resiko berinvestasi di dalam pasar saham, lebih kecil daripada fixed-income securities seiring dengan lamanya holding period.

Standar deviasi adalah pengukuran atas kecenderungan bagi sebuah varibel nilai untuk mengikuti perkembangan tren line-nya. Jadi tidak mengherankan bahwa dalam jangka waktu yang panjang, investasi di dalam pasar saham jauh lebih bak daripada bentuk investasi reksadana pendapatan tetap.

Sama seperti Siegel, saya memiliki keyakinan bahwa sama seperti inflasi berlaku atas rupiah, mean fixed-income securities atau pun instrumen lainnya.

Apa yang terjadi pada reksa dana pendapatan tetap, yang melakukan investasi dalam fixed-income asset pada hari-hari ini, dapat menjadi pelajaran bagi para investor mau pun calon investor. Sebagai contoh, saya mengikuti perkembangan sebuah unit linked dari sebuah perusahaan asuransi, yang pertama dalam bentuk saham, yang kedua diinvestasikan dalam bentuk fixed-income securities.

Hal ini mendorong keyakinan saya bahwa dalam jangka waktu yang lebih panjang lagi, investasi di dalam pasar saham akan memberikan return yang lebih besar daripada instrumen finansial lainnya. Extra return yang didapat oleh investor dalam berinvestasi di dalam pasar saham atas fixed-income disebut equity riskpremium.

Dalam rentang waktu 200 tahun, Siegel menemukan bahwa equity risk premium di Amerika adalah 3%.

Reksa Dana Berbasis Saham Sebagai Sarana

Untuk dapat berinvestasi, langkah pertama adalah: menabung. Saya tahu dan memaklumi bahwa dengan naiknya BBM dan tingginya tingat inflasi pada tahun ini akan mengurangi kemampuan menabung.

Tapi, paksakanlah untukmenabung. Satu rupiah yang ditabung dan diinvestasikan akan menjamin hari depan Anda. Buatlah target untuk menabung, setiap menerima gaji, sisihkanlah terlebih dahulu untuk tabungan, sisanya untuk konsumsi.

Dari tabungan yang ada, kemudian investasikanlah. Karena bagi kebanyakan orang tidak percaya akan kemampuan mereka untuk melakukan investasi, maka salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membeli Reksa Dana. Reksa dana adalah kumpulan dana yang dikelola secara professional oleh Manajer Investasi (Fund Manager).

Ada beberapa keuntungan dalam berinvestasi instrumen ini, yaitu:


(a) Memungkinkan untuk memulai investasi dengan dana yang kecil. Pada saat ini, seseorang dengan dana Rp. 250.000 sudah dapat membeli reksa dana. Sementara itu untuk membeli saham di Bursa Efek Jakarta, diharuskan untuk membeli minimal 500 lembar (setara dengan 1 lot) saham dan kelipatannya.

(b) Biaya masuk (entry fee) yang kecil, rata-rata kurang dari 1%. Sebagai perbandingan, ada
sebuah perusahaan asuransi menawarkan investment account dan mengenakan entry fee sebesar 5%.

Pada saat ini, ada beberapa jenis reksa dana yang ditawarkan, yaitu:

1. Reksa Dana Saham.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap.
3. Reksa Dana Terproteksi.
4. Reksa Dana Kombinasi.

Untuk mendapatkan return yang tinggi, Reksa Dana Saham adalah pilihan yang paling tepat. Saya melakukan pegamatan atas dua reksa dana yang dihubungkan dengan saham dan inilah hasilnya pada hari terbaik dan terburuknya.

Tabel Return Reksa Dana Saham

RS1 RS2 IHSG

Hari Terbaik 34,50% 29,85% 20,21%
Hari Terburuk 0,16% -0,81% -0,69%


Volatilitas (naik-turunnya harga) adalah hal yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi produk Reksa Dana Saham. Untuk dapat sedikit meredakan volatilitas ini dapat melakukan kombinasi dengan produk Reksa Dana Pendapatan Tetap. Bagaimana dengan Reksa Dana Terprokteksi? Karena reksa dana jenis ini diinvestasikan kembali ke dalam SUN, saya memperkirakan bahwa return dari reksa dana jenis ini akan di bawah saham. Penggunaan Reksa Dana dan Reksa Dana Terproteksi adalah untuk mengurangi volatilitas investasi.

Untuk bisa pensiun kaya, adalah penting untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada inflasi.

Jenis investasi ini mirip dengan Guaranteed Investment Contract (GIC), biasa disebut juga stable fund, dimana seseorang mendapatkan kepastian pengembalian uang pokok beserta sejumlah bunga. Namun seperti yang ditemukan oleh O’Shaughnessy, investasi dalam GIC memberikan pengembalian yang kecil dibandingkan saham.

Bukan kehilangan uang pokok yang kita kuatirkan, tetapi kehilangan daya beli lah.

Compound return 17% per tahun berarti aset akan bertambah 2 kali lipat setiap ±4 tahun sekali. Jika inflasi adalah 10% per tahun, maka kebutuhan akan berlipat 2 setiap ±8 tahun sekali. Dengan demikian pertumbuhan aset finansial akan melebihi pertumbuhan kebutuhan hidup.

Kemudian, rentang waktu investasi adalah hal yang perlu diperhatikan juga. Sepuluh tahun, bukanlah waktu yang lama… Saya yakin, bahwa masih banyak dari kita yang ingat pada waktu kita SMP atau bahkan SD. Yang perlu dikuatirkan adalah sepuluh tahun ke depan..! Di mana harga-harga akan naik, oleh karena inflasi.

Tantangan Dalam Berinvestasi

Saya tidak bisa menyangkal sulitnya untuk menjaga emosi pada saat investasi Anda mengalami penurunan. Untuk itu, visi jangka panjang, mendidik dan memotivasi diri sendiri perlu untuk dipupuk setiap saat. Pada saat ini saya menikmati dan mengkoleksi setiap berita yang mengandung sentimen negatif atas pasar saham. Sembilan puluh persen tantangan dalam berinvestasi adalah how to stay in the market.

Alasan mengapa orang banyak kehilangan uang di dalam pasar saham, adalah karena mereka mencoba masuk ke pasar pada saat harga rendah dan ingin keluar pada saat harga tinggi, untuk mendapatkan capital gain. Komitmen untuk berinvestasi long-run adalah esensial.

Tabel Berbagai Berita Tentang Saham di Media Massa

3 Des 04 IHSG 1.000 Gagal Bertahan
10 Jan 05 …menjatuhkan IHSG ke level 750 di akhir tahun 2005*
19 April 05 IHSG dan rupiah turun tajam
12 Juni 05 Redemption reksa dana tak terbendung
27 Juni 05 Bursa Saham Masih Labil
6 Juli 05 Depresiasi rupiah koreksi indeks saham BEJ
19 Agust 05 Indeks BEJ terus tertekan
30 Agust 05 Kurs Rupiah dan Saham Jatuh

Sumber : Artikel oleh Ferry Latuhihin, Chief Economist BII di Koran Kompas

Sementara itu, para jutawan Amerika sebagaimana ditemukan oleh Thomas Stanley bukanlah active trading, seperti yang diperkirakan orang. Mereka tetap berada di dalam pasar, walau pun pasar sedang turun…

Saya juga melihat bahwa banyak orang yang memperlakukan Reksa Dana Saham seperti saham itu sendiri: masuk pada saat harga turun dan ingin keluar pada saat harga tinggi.

Orang-orang ini mencoba melakukan timing atas pasar. Sebuah penelitian yang menarik, dilakukan oleh Robert Goodman, mencoba melihat atas tiga orang.

Yang pertama, selalu beruntung dengan membeli saham pada harga paling rendah, setiap tahunnya.

Yang kedua, selalu membeli pada saat harga paling tinggi, sedangkan yang ketiga, tidak pernah melakukan timing, hanya membeli saja setiap tahunnya. Dimulai pada tahun 1960, tiap orang membeli dengan initial fund US$3.000.

Ini hasil yang didapat pada tahun 1996:

Orang Pertama : US$1.569.519.
Orang Kedua : US$1.318.300.
Orang Ketiga : US$1.418.037.

Dengan usaha yang demikian besar untuk melakukan timing, ternyata perbedaan yang terjadi dengan orang yang tidak melakukan, hanya sedikit saja. Tetap berada di dalam pasar lah, kuncinya..!

Begitu pentingnya untuk tetap berada di dalam pasar, hingga Jeremy Siegel dengan tegas mengatakan :

There’s never been a 20-year period when an investement in stocks failed to make money

Hal itu adalah hasil observasi selama lebih dari 200 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam saham memiliki lindung nilai (hedges).

Saya adalah contoh yang mengalami kerugian pada saat pasar saham jatuh pada tahun 1998. Jika saya bertahan (pada kenyataannya saya keluar), maka saya telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar pada tahun 2003/2004, pada saat pasar bullish. Saya sendiri tidak akan pernah melakukan investasi kembali ke pasar saham tanpa adanya pengetahuan yang cukup dari buku-buku yang saya pelajari. Dan pada saat ini saya masuk ke pasar menggunakan instrumen Reksa Dana Saham.

Mandelbrot menemukan bahwa passive investing, yaitu membeli sejumlah equity dan membiarkannya untuk waktu yang cukup lama, jauh lebih menguntungkan daripada aktif melakukan pembelian setiap harinya.

Saya percaya bahwa Reksa Dana Saham adalah wujud dari passive investing. Secara alamiah, kita melihat bahwa emas, minyak bumi terkonsentrasi pada bagian-bagian tertentu di bumi ini.

Demikian juga pada saham. Keuntungan di dalam pasar saham akan didapat dari terjadinya pelonjakan-pelonjakan harga yang –-- sayangnya–-- kita tidak tahu kapan.

Studi oleh Ibbotson Associates menemukan keyataan bahwa US$1 yang diinvestasikan ke dalam pasar saham, akan bernilai US$1.114 pada akhir 1995.

Tapi kalau kita kehilangan 35 bulan terbaik selama 69 tahun rentang waktu investasi ini, uang Anda hanya menjadi US$10,16. Universitas Michigan juga menemukan hal yang sama. Hasil pengamatan atas 7.802 trading days, periode 1963 – 1993, investor yang menginvestasikan US$1, dan tetap selalu berada di dalam pasar menemukan investasinya menjadi US$24,30. Sedangkan investor yang kehilangan 90 hari terbaik (setara dengan 1,1% dari seluruh trading days), hanya akan mendapatkan US$2,10. Jadi, sekali lagi, bertahanlah di dalam pasar.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang ditemukan oleh Siegel. Seseorang yang melakukan investasi sebesar US$1.000 pada tahun 1929, yaitu pada saat pasar jatuh dan tetap berada di dalam pasar & melakukan reinvestasi dividen, mendapatkan US$4.440 pada tahun 1954.

Sedangkan bila pasar tidak mengalami crash, orang tersebut hanya mendapatkan US$2.720. Jadi, jatuhnya pasar dapat dianggap seperti filter bagi orang-orang yang memiliki visi jangka panjang.

Fundamental Investasi

Inilah yang sepatutnya dipahami mengenai investasi:

(1) Saham sebagai tempat investasi yang dapat memberikan return yang kompetitif. Mendapatkan return yang lebih besar adalah esensial dalam berinvestasi. Anda bisa membeli Reksa Dana yang memiliki Indeks, atau pun sekedar diinvestasikan ke pasar saham

(2) Komitmen untuk jangka panjang. Terimalah kenyataan bahwa dalam jagka pendek pasar akan volatil dan tetap lah di sana.

(3) Mulailah pada usia semuda mungkin.

(4) Aturlah portfolio Anda, sesuai dengan kemampuan mental Anda untuk menghadapi volatilitas pasar.

(5) Teruslah belajar untuk semakin memahami dunia investasi.

Penutup

Mulailah menabung dan menabung dan menabung dan menabung lagi. Kemudian investasi, investasi dan investasi. Sebagaimana Thomas Stanley menemukan korelasi yang positif antara menabung, berinvestasi dan kekayaan.

Dalam waktu 20 tahun dari sekarang, Anda akan mendapatkan keuntungan yang jauh melebihi apa yang Anda bayangkan.

Koran Kompas, 13 November 2005 menyajikan berita mengenai seorang wanita berusia 27 tahun yang menghabiskan Rp. 150.000 per hari ke café, belanja dan lainnya sebagai pelampiasan atas stres di kantor. Jika dia mengetahui mengenai manfaat berinvestasi dan hanya menghabiskan Rp. 50.000 kemudian menyimpan Rp. 100.000 per hari. Dalam waktu setahun dia bisa mengumpulkan lebih dari Rp. 35.000.000. Tiga tahun kemudian, pada usia 30, dia memiliki lebih dari Rp. 100 juta. Bila ia menginvestasikan Rp 100 juta dan membiarkannya selama 20 tahun. Dengan asumsi mendapatkan annual return sebesar 15.5% per tahun, maka uang tersebut akan menjadi lebih dari Rp 1,7 Miliar! (Sebaliknya, dengan menabung, dia tidak akan pernah bisa mengumpulkan sebanyak ini seumur hidupnya).

Dia bisa pensiun pada usia 50 tahun, membeli tiket first class dan terbang ke tempat pariwisata yang eksotik, atau sekedar membeli mobil, atau … memberikan sebagian kekayaannya kepada yayasan amal favoritnya.

Semakin hari, pensiun semakin dekat. Mulailah menabung, jangan menunggu hingga tua. Mulai jugalah berinvestasi, dan seriuslah mempelajari berbagai tawaran Reksa Dana. Bila perlu ujilah terlebih dahulu bagaimana mereka mengelola reksa dananya. Mintalah performansi reksa dana dalam waktu 5, atau bahkan 10 tahun terakhir ini.

Bandingkan dengan pergerakan inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan. Karena tidak semua Reksa Dana Saham yang ada dapat tumbuh di atas IHSG.

Gol kita adalah mendapat return yang mengalahkan pasar, bukan sekedar mengekor pasar. Berbincang-bincang lah dengan Fund Manager reksa dana tersebut dan mintalah kejelasan apa strategi yang dilakukan dalam me-manage dananya. Bila masih ragu, mulailah dengan sejumlah dana yang tidak banyak, kemudian ikutilah feeling dari pasar. Karena, selama Anda masih berada di ‘luar’ pasar, Anda tidak akan pernah merasakan ritmenya.

Pelajari buku-buku mengenai investasi, bergaullah dengan investor lainnya. Bila perlu, diskusikan juga dengan Fund Manager bagaimana cara mengurangi volatilitas investasi Anda.

Setelah rasa percaya diri mulai tumbuh, mulai lah menambah jumlah investasi Anda secara perlahan, sesuai dengan kemampuan. Buatlah observasi sendiri atas pertumbuhan investasi Anda. Dengan melakukan ini, saya percaya Anda akan memiliki masa depan yang sangat baik, pesiun dengan tenang dan nyaman.

Selamat memulai!


Referensi
1. How to Retire Rich, James P. O’Shaughnessy, Broadway Books, 1998.

2. How Gurus Get Risk All Wrong, Benoit Mandelbrot, et al, Fortune Magazine, July 11, 2005.

3. TheMillionaire Next Door, Thomas Stanley, et al, Long Street Press, 1996.
4.The Sovereign Individual,James Dale Davidson, et al, Simon & Schuster, 1997.

5. The Future of Investors, Jeremy J. Siegel, Crown Books, 2005.

6. What Works on WallStreet, James P. O’Shaughnessy, Mc Graw Hill, 1998.

Rekomendasi Bacaan

1. Beating the S&P with Dividends, Peter O’Shea, et al, John Wiley & Sons, Inc., 2005.

2. Stocks for the Long Run, Jeremy J. Siegel.

3. The Intelligent Investor, Benjamin Graham, 1946.

4. Triumph of the Optimist: 101YearsofGlobal Investment Return,Elroy Dimso, et al, Princeton
University Press, 2002.

Perry Erick Renaldo, bekerja pada salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Seorang investor otodidak. Hingga saat ini, terus mempelajari berbagai instrumen investasi. Dia percaya bahwa retire rich is achieveable
.

TUJUH STRATEGI BERINVESTASI REKSA DANA

Oleh Ivan Indrapermana

Manusia tidak pernah bisa lepas dari cinta. Sejarah panjang manusia telah membuktikan hal ini: tanpa cinta terjadi perang, keputusasaan, bunuh diri, pertengkaran dan seterusnya. Jelas hanya cinta yang dapat menyelamatkan hidup manusia dari kehancuran. Oleh karena itu sangat tidak berlebihan jika dikatakan bahwa cinta juga mampu menyelamatkan salah satu bentuk investasi manusia: reksa dana. Karena reksa dana adalah instrumen investasi yang mulai populer, penulis akan menggunakan strategi cinta yang sudah lama populer: strategi cinta terhadap pasangan hidup.


Strategi Cinta Pertama: “Love will find you if you try.”

Jika anda tidak pernah memikirkan cinta, ia tidak akan pernah menghampiri anda. Kebanyakan orang terlalu sibuk bekerja. Mereka tenggelam dalam rutinitas sehari-hari yang membosankan, atau terlalu asyik mencari kebahagiaan yang semu: kekayaan, ketenaran, kekuasaan. Mereka lupa bahwa ada kebahagiaan yang sejati yaitu cinta. Cobalah membuka diri anda terhadap urusan cinta. Cobalah sesekali waktu membayangkan kehidupan cinta anda. Kelak kekuatan cinta akan terpancar dari dalam diri anda.

***

Banyak peristiwa dalam hidup yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan. Misalnya pernikahan, kelahiran anak, perawatan untuk orang tua, pensiun, dan sebagainya. Sayangnya tidak banyak orang yang pernah memikirkan peristiwa-peristiwa tersebut jauh hari sebelumnya. Yang sering terjadi adalah orang lebih bekerja keras untuk mengangsur rumah baru setelah menikah, dan lebih bekerja keras lagi ketika anak pertama lahir. Dengan meluangkan waktu untuk membuat tujuan dan rencana keuangan, kemudian merealisasikannya, kelak anda dapat melewati peristiwa-peristiwa hidup dengan lebih mantap.
Berinvestasi adalah salah satu cara yang signifikan untuk mencapai tujuan keuangan. Investasi tanpa tujuan keuangan yang jelas tidak akan membuahkan hasil yang optimal. Begitu pula dengan investasi pada instrumen reksa dana. Ada berbagai jenis reksa dana, dan masing-masing memiliki karakteristik yang unik. Jika tidak memiliki tujuan dan rencana keuangan yang jelas, sangat besar kemungkinan anda memilih jenis reksa dana yang salah. Investasi dalam reksa dana akan sia-sia, bahkan mungkin merugikan anda.

Menurut Root & Mortensen (1996), tujuan keuangan sebaiknya tertulis, realistis, spesifik, berjangka waktu yang jelas, dan terperinci.[1] Agar semakin efektif, ada baiknya juga mendiskusikan tujuan anda dengan keluarga atau sahabat. Dengan demikian tujuan keuangan anda menjadi komitmen aktif, dan anda akan lebih konsisten dengannya.
Membuat tujuan keuangan memang tidak mudah, apalagi membuat rencana keuangan untuk mencapai tujuan tersebut. Untungnya ada cukup banyak buku yang dapat membantu anda membuat tujuan dan rencana keuangan. Perusahaan sekuritas yang baik tentu juga akan bersedia membantu anda dalam membuat tujuan dan rencana keuangan.


“Tentukan tujuan keuangan dan rencana keuangan anda”

Strategi Cinta Kedua: “Don’t wait for your prince.”


Cinta tidak akan datang jika anda hanya menunggunya datang. anda harus mencarinya. Jika anda sibuk menunggu cinta, akan ada dua hal yang dapat terjadi. Pertama, anda baru menyadari bahwa cinta telah menghampiri anda ketika ia telah melewati anda. Kedua, anda mengira cinta menghampiri anda padahal ia bahkan belum datang. anda baru memiliki hati sang Pangeran jika anda mendatangi dan membawa sang Pangeran ke puri anda.

***

Jenis reksadana saham memiliki volatilitas tinggi. Berusaha mengikuti volatilitas tersebut, membeli pada harga rendah dan menjual pada harga tinggi, mungkin terlihat menyenangkan dan memberikan tingkat pengembalian yang besar. Masalahnya adalah mengikuti volatilitas harga reksadana saham memerlukan keahlian dan pengalaman yang tinggi. Sedangkan kebanyakan investor tidak memiliki kedua hal tersebut. Mereka akan membeli pada harga yang tinggi dan menjualnya pada harga yang masih rendah. Sangat disayangkan, sebab sesungguhnya arah pergerakan pasar selalu dapat ditebak: berfluktuasi.

Beberapa penelitian terhadap perilaku investor di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa strategi trading menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih kecil daripada buy-and-hold.[2] Alasannya, trading menimbulkan: biaya operasional (riset dan komunikasi), opportunity cost (kesempatan yang hilang) karena menahan kas, komisi untuk broker, dan pajak. Hasil penelitian tersebut masuk akal terutama jika diterapkan pada investor individual, yang tidak memiliki banyak waktu, tenaga, dan dana untuk melakukan riset. Sehingga informasi yang mereka peroleh hanyalah perubahan angka di surat kabar setiap hari.

Reksa dana saham dan reksa dana lainnya (kecuali pasar uang) merupakan instrumen investasi jangka panjang. Maka tidak ada gunanya memperhatikan volatilitas jangka pendek, dan menjadikan volatilitas tersebut sebagai dasar pertimbangan untuk membeli atau menjual. Dengan berinvestasi untuk jangka panjang, nilai pasar reksa dana anda secara rata-rata akan selalu lebih besar daripada harga belinya. anda berarti membuat volatilitas pasar bekerja melindungi nilai investasi anda. anda pun tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengamati pergerakan nilai reksa dana setiap hari. anda tidak perlu menunggu kapan harga suatu reksa dana tinggi atau rendah.

“Don’t Time the Market”

Strategi Cinta Ketiga: “Find a man that best suit for you”

Dalam mencari pasangan, anda tidak mencari yang terbaik, tetapi yang terbaik untuk anda. Artinya ia harus cocok dengan kepribadian anda. Sulit membayangkan mendapatkan orang yang terbaik. Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tugas anda bukan menjumlahkan kelebihan dan kelemahannya, tetapi mencocokannya dengan kelebihan dan kelemahan anda sendiri. Yang paling cocoklah yang anda pilih.

***

Setiap jenis reksa dana memiliki karakteristik yang unik sesuai dengan tujuan investasinya.
Pastikan keaslian reksa dana anda:

1. Mintalah pernyataan tertulis bersama dari bank, manajer investasi, dan bank kustodian bahwa bank memang memasarkan reksa dana si manajer investasi dan diadministrasikan oleh bank kustodian.
2. Pastikan di prospektus tertulis: siapa manajer investasi, bank kustodian, dan bank-bank yang memasarkan reksadana.
3. Bacalah sendiri prospektus, bertanyalah sampai benar-benar jelas. Jangan biarkan semua administrasi dikerjakan oleh pegawai bank.
4. Mintalah laporan perkembangan investasi pada bank atau manajer investasi setiap bulan.
Sumber: Kompas Cyber Media, Selasa 14 Desember 2004
Sebelum memilih reksa dana, anda harus menentukan tingkat pengembalian yang anda butuhkan, dan tingkat risiko yang dapat anda tanggung. anda juga harus menentukan berapa lama akan berinvestasi di reksa dana. Kecuali reksa dana pasar uang, reksa dana lainnya adalah instrumen investasi jangka panjang. Artinya anda harus berinvestasi setidaknya lebih dari 1 tahun untuk hasil yang lebih optimal. Setelah itu, anda baru dapat memilih reksa dana yang sesuai dengan karakteristik anda. Perusahaan sekuritas yang baik pasti bersedia membantu dalam menentukan karakteristik tingkat pengembalian dan risiko anda. Biasanya melalui kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan lisan. Ingatlah bahwa yang menjadi pertimbangan adalah kecocokan suatu reksa dana terhadap karakteristik investasi anda, bukan seberapa besar tingkat pengembalian reksa dana tersebut.

Anda juga harus berhati-hati dalam memilih pengelola reksadana. Kualitas pengelola reksadana berpengaruh terhadap kinerja reksa dana anda. Dalam setiap prospektus reksa dana pasti terdapat bagian tentang latar belakang dan track record pengelolanya. Sebagai permulaan, sebaiknya anda hanya mempertimbangkan pengelola reksa dana yang sudah mapan.

“Carilah reksa dana yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anda”

Strategi Cinta Keempat: “Don’t put all your love in one man”

anda mungkin sudah menemukan calon yang tepat. Tetapi sebaiknya anda tetap tidak menutup mata terhadap calon-calon lainnya. Jika dunia sudah terasa milik berdua dan tiba-tiba ia meninggalkan anda, dunia anda akan hancur. Untuk menghindarinya, bagilah dunia ini dengan orang ketiga, keempat, dan seterusnya. Tetaplah berjaga-jaga, sebaik apapun calon anda. Dan cara berjaga-jaga yang terbaik adalah dengan memiliki lebih dari satu calon.

***

Diversifikasi berarti menyebarkan uang anda ke dalam beberapa jenis investasi. Tujuan diversifikasi adalah mengamankan kinerja portofolio investasi anda. Dengan diversifikasi, kinerja buruk suatu investasi dapat diimbangi oleh kinerja baik investasi lainnya. Reksa dana memungkinkan anda melakukan diversifikasi investasi pada berbagai industri, perusahaan dan instrumen keuangan tanpa memperhatikan jumlah uang anda.

Akan tetapi, diversifikasi pada suatu reksa dana sebenarnya hanya menghilangkan financial risk atau interest rate risk saja. Para manajer investasi melakukan riset yang mendalam sehingga dapat memilihkan saham atau obligasi perusahaan-perusahaan terbaik ke dalam reksa dana anda. Tetapi, mereka tidak dapat berbuat apa-apa jika terjadi krisis yang melanda industri tertentu. Dengan kata lain, memiliki sebuah reksa dana tidak melindungi anda dari market risk. Untuk melawan inflation risk, anda dapat menggunakan reksa dana jenis saham atau campuran, yang memiliki hasil lebih tinggi atau sebanding dengan tingkat inflasi.
Jenis-jenis risiko :

1. Market risk: pergerakan seluruh investasi pada suatu pasar secara bersamaan dan searah
2. Financial risk: pergerakan arah keuangan sebuah perusahaan
3. Inflation risk: pergerakan inflasi dan daya beli masyarakat
4. Interest rate risk: pergerakan arah suku bunga

Memiliki lebih dari satu jenis reksa dana akan mengurangi market risk yang harus anda tanggung. Misalnya, memiliki reksa dana saham dan pendapatan tetap sekaligus. Jika terjadi krisis yang menekan pasar saham –dan tentunya menekan reksa dana saham-, portofolio anda masih memiliki reksa dana pendapatan tetap yang berkinerja baik. Begitu pula jika terjadi peningkatan suku bunga yang menekan harga obligasi –dan tentunya menekan reksa dana pendapatan tetap-, portofolio anda tidak akan terganggu sebab masih memiliki reksa dana saham yang berkinerja baik. Memiliki beberapa reksa dana sejenis yang berbeda alokasi asetnya juga merupakan bentuk diversifikasi. Meski cara ini kurang efektif karena anda tidak bisa mengendalikan keputusan manajer investasi dalam mengelola reksa dana anda.

Dengan hanya berinvestasi pada reksa dana, betapa pun terdiversifikasinya, anda masih memiliki market risk dan inflation risk yang besar. Untuk mengurangi kedua jenis risiko tersebut, berinvestasilah juga pada instrumen lainnya: properti, emas, dan sebagainya.

“Optimalkan dengan diversifikasi”

Strategi Cinta Kelima: “Keep lightening your fire of love”

Seperti tanaman yang harus selalu disiram agar tidak layu, begitu pula cinta. Cinta tidak akan bertahan jika tidak pernah dirawat. Bagaimana cara merawatnya? Mudah. Selalu ungkapkan rasa cinta anda dalam setiap kesempatan, jangan pernah berhenti.

***

Uang yang digunakan untuk investasi sebaiknya merupakan sisa penghasilan yang telah digunakan untuk tabungan dan konsumsi. Tujuannya agar rencana investasi tidak terganggu oleh keperluan sehari-hari. Kebanyakan instrumen investasi memerlukan banyak uang untuk memulainya. Sebut saja properti, emas, saham, dan sebagainya. Sayangnya tidak semua orang memiliki banyak uang untuk diinvestasikan. Tidak banyak orang yang dapat memulai suatu investasi tanpa mengorbankan keperluan sehari-harinya.
Siapkanlah pendidikan anak
Investasikanlah Rp 1,2 juta saja pada suatu reksa dana secara rutin setiap tahun. Dengan tingkat pengembalian rata-rata 15%, nilai investasi akan menjadi Rp 91 juta pada tahun ke-18. Lebih dari cukup untuk seluruh keperluan kuliah di perguruan tinggi negeri favorit selama 4 tahun.Investasi pada reksa dana menjawab permasalahan ini. Investasi pada reksa dana dapat dimulai hanya dengan Rp 100 ribu atau Rp 1 juta. Jumlah yang relatif kecil dibandingkan instrumen investasi lainnya. anda dapat menggunakan keunggulan reksa dana ini sebagai strategi untuk mencapai tujuan keuangan anda.

Anda dapat berinvestasi reksa dana secara rutin tanpa mengorbankan keperluan rutin. Gunakanlah sisa penghasilan bulanan anda setelah tabungan dan konsumsi untuk membeli reksa dana. anda mungkin hanya dapat membeli sejumlah minimal reksa dana, tetapi jika dilakukan secara rutin akan memberi hasil yang mencengangkan. Manfaatkanlah tujuan keuangan anda untuk memberi panduan seberapa besar investasi rutin tersebut. Penghasilan kecil tidak lagi menjadi alasan untuk tidak berinvestasi.

“Berinvestasi rutin”

Strategi Cinta Keenam “Always together in joy and sorrow”
Cinta berarti setia, selalu mendampingi orang yang dicintai dalam suka maupun duka.
***
Jika anda selalu khawatir dengan volatilitas pasar, strategi keenam ini sangat bermanfaat. Tujuan strategi ini adalah membuat nilai investasi reksa dana anda selalu dibawah harga pasar pada suatu periode. Dengan demikian, kemungkinan anda menjual reksa dana dengan untung semakin besar. Yang perlu dilakukan hanyalah investasi dengan jumlah yang konsisten setiap periode. Kemudian biarkan volatilitas pasar membuat nilai investasi anda lebih besar daripada harga pasar.
Dengan strategi ini, anda membeli lebih banyak reksa dana ketika harganya rendah, dan membeli lebih sedikit reksa dana ketika harganya tinggi. Semakin pasar berfluktuasi, strategi ini bekerja semakin baik.

“Biarkan volatilitas bekerja untuk anda”


Strategi Cinta Ketujuh “Let time prove your love”

Tidak ada yang bisa membuktikan cinta selain waktu. Anda mungkin tidak menyadari kedahsyatan cinta sampai anda menemukan bahwa anda telah hidup bersama puluhan tahun…
***
Dalam reksa dana, hasil investasi setiap periode diinvestasikan kembali pada periode berikutnya. Sehingga tidak ada aset yang tersia-sia. Seperti dalam konsep bunga berbunga, waktu menjadi faktor pengali yang dahsyat. Reksa dana adalah investasi jangka panjang, maka lihatlah ke jauh ke masa depan.

Berinvestasi pada reksa dana membutuhkan kesabaran. Anda tidak dapat mengharapkan hasil yang dahsyat hanya dalam waktu satu atau dua tahun. Perlu waktu lebih lama lagi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Terapkanlah tujuan keuangan anda dengan disiplin. Memang lama, tetapi lebih mudah. Terapkan tujuan keuangan anda dengan disiplin dan biarkan waktu bekerja untuk anda.

“Biarkan waktu bekerja untuk anda”

Reksa dana memang bukan cara tercepat untuk mencapai tujuan keuangan anda, tetapi penulis yakin inilah cara yang termudah dengan risiko yang terukur. Selamat berinvestasi reksa dana.


Daftar Pustaka

Arffa, Robert C. Expert Financial Planning. New York: John Wiley & Sons, 2001.
Root, Jack B. & Douglas L. Mortensen. The 7 Secrets of Financial Success. Chicago: Irwin, 1996.
“Reksa Dana Saya Ini ‘Beneran’ Enggak Sih?”, Kompas Cyber Media, 14 Desember 2004.


*) Ivan Indrapermana adalah mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Wednesday, December 6, 2006

PETER B. STOK TURN AROUND LEADER SEJATI BANK NIAGA

Oleh Ari Satriyo Wibowo

Beberapa minggu lalu bertempat di Gedung MMUI lantai 3 Salemba Jakarta diselenggarakan diskusi buku berjudul Bank Niaga, Pantang Menyerah Didera Krisis. Buku itu sesungguhnya sudah terbit tahun lalu dalam rangka memperingati 50 tahun Bank Niaga yang berdiri tahun 1955.

Bank Niaga merupakan bank nasional yang dimiliki para wirausahawan terkemuka seperti Soedarpo Sastrosatomo, Wibowo, Hasyim Ning, Idham, Jo Eng Liang, Pang Lay Kim dan Julius Tahiya. Berkat kemitraan dengan Citibank yang dirintis pada tahun 1975 Bank Niaga berhasil melahirkan kader-kader professional dan tangguh.

Kehebatan Bank Niaga terbukti ketika Indonesia memasuki masa krisis ekonomi pada tahun 1998. Bank Niaga berhasil lolos dari jeratan krisis sekalipun sempat masuk dalam program rekapitulasi BPPN pada tahun 2000.

Diskusi tersebut dihadiri Peter B Stok selaku Presiden Direktur Bank Niaga, Heru Budiargo selaku Direktur Eksekutif Bidang Kepatuhan Bank Niaga, Prof. Achmad Santosa selaku Guru Besar Corporate Governance dan Kepala Pusat Pengembangan Akutansi FE UI dan Dr. M. Chatib Basri sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan RI serta wakil dari Aksara Karunia selaku penerbit buku.

Bank Niaga termasuk dalam deretan akhir bank-bank yang masuk program rekapitulasi BPPN yakni pada 31 Mei 2000 sebesar Rp 9,462 triliun dengan kompensasi 97,15 persen saham dimiliki pemeriintah. Peter B Stok yang selama tiga tahun berada di luar Bank Niaga diminta kembali pada Juni 2000. Ia dipercaya BPPN untuk menjadi nakhoda Bank Niaga sebagai presiden direktur.

Peter menemukan penyakit kronis Bank Niaga yakni negative spread dan angka non performing loan yang amat tinggi. Dengan fix rate return 12 persen sementara cost of fund SBI sebesar 16-18 persen maka bank mengalami negative spread minimal 4 persen. “Dalam kondisi seperti itu sebuah bank tidak bisa hidup dalam 2 tahun,” ujar Peter B. Stok.

Sedangkan, untuk menangani kredit macet ia membentuk special asset management group atau SAM group. “Rekapitulasi dilakukan pada account yang tergolong kategori 5 yakni kredit macet, “ tambahnya.

Persoalan lain yang ditemukan Peter pasca krisis adalah moral kerja karyawan yang merosot. Motivasi kerja hilang karena tidak ada kenaikan gaji, bonus maupun program pelatihan yang akhirnya berpengaruh pada service quality Bank Niaga.”Saya melakukan compensation adjustment untuk merangsang kembali motivasi karyawan. Dan mereka melek lagi,” kata Peter. Setelah motivasi terbangun, ia mengajak karyawan untuk bekerja berdasarkan hasil. Artinya, sebelum melakukan pekerjaan karyawan diminta memilih pekerjaan yang paling memberikan hasil atau keuntungan.

Karena masalah yang diderita Bank Niaga cukup banyak maka Peter membagi menjadi sembilan prioritas. Mulai dari memperbaiki kualitas layanan, menanggulangi kredit bermasalah, memperbaiki kesehatan bank, melakukan divestasi, memperkuat struktur neraca, mengembalikan status pengawasan dari BPPN ke BI, konsolidasi anak perusahaan, meningkatkan motivasi karyawan hingga pencapaian target yang tercantum dalam rencana bisnis yang diajukan ke BPPN.

Perubahan lainnya, bila sebelumnya Bank Niaga menekankan sebagai corporate banking maka kini lebih menekankan segmen ritel yakni berupa consumer banking. Perubahan besar pun terjadi, bila selama kurun 1955-2002 Bank Niaga hanya memiliki sekitar 500.000 nasabah. Maka, setelah 5 tahun menggarap pasar ritel terjadi tambahan sekitar 1,5 juta nasabah hingga menjadi 2 juta nasabah saat ini.

Prestasi lain yang diraih Bank Niaga adalah keberhasilannya sebagai mortgage bank atau bank penyelenggara kredit kepemilikan rumah (KPR) nomor dua setelah BTN. Selama kurun 2004-2005 terjadi peningkatan nasabah KPR hingga 100 persen ketika bank-bank lain mengabaikan sektor ini.

Oleh karena Bank Niaga tidak mungkin menjadi bank for everything maka Peter B. Stok pun menetapkan sasaran pasarnya adalah high end commercial serta mass affluent/ affluent market. Sedangkan sector yang ingin dipeliharanya adalah kredit kepemilikan mobil dan kartu kredit.

Meski kini pemegang saham mayoritas adalah Commerce Asset Holding Berhad (CAHB) dari Malaysia pada tahun 2002 namun Bank Niaga tetap mempertahan keberadaan professional yang berasal dari Indonesia. Bank Niaga pun tetap menjaga citranya sebagai prudential banking dengan memberikan kredit kepada perorangan atau perusahaan maksimal Rp 200 miliar.

Dalam diskusi tersebut Prof . Achmad Santosa memuji Good Corporate Governance yang diterapkan Bank Niaga sejak pertengahan tahun 1970-an ketika bank itu bermitra dengan Citibank. Hasilnya, sekalipun terimbas krisis moneter, apa yang terjadi pada Bank Niaga adalah murni akibat dampak krisis ekonomi bukan akibat moral hazards.

Sedangkan, Dr. M. Chatib Basri menilai bahwa krisis yang dialami Indonesia tidak akan separah seperti yang dialami saat ini andai saja pemerintah Orde Baru menata terlebih dahulu sektor riil dengan benar baru kemudian disusul sektor finansial. Yang terjadi disini sebaliknya, justru sektor finansial dulu yang dibenahi melalui deregulasi perbankan dan Pakto 88 pada tahun 1988 sementara sektor riil belum tertata rapi. Akibatnya krisis yang dialami Indonesia lebih lama pulih dibandingkan negara-negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Korea Selatan.***

Sunday, December 3, 2006

GEORGE W. BUSH & THE BUTTERFLY EFFECT

Oleh Ari Satriyo Wibowo

Senin, 20 November 2006, Presiden AS George W. Bush hadir selama 6 jam di Bogor. Sekalipun partai Republik yang mendukungnya baru saja mengalami kekalahan pahit di DPR dan Senat AS, sosok kontroversialnya tetap saja menonjol. Dimulai dari kemenangannya dari Al Gore dalam Pemilu 2000, penolakannya menandatangani Protokol Kyoto 2002 hingga keputusannya menyerbu Irak secara unilateral tahun 2003 yang kini makin menyulitkan posisinya.

Dalam chaos theory dikenal istilah Efek Kupu-Kupu (The Butterfly Effect) yang mengacu pada penemuan bahwa pada sistem yang kacau, sebuah gangguan yang kecil di dalam sebuah sistem terkadang mendorong terjadinya perubahan besar terhadap keseluruhan sistem. Istilah tersebut muncul dari khasanah iptek di AS bahwa kepakan kecil sayap kupu-kupu dapat menciptakan perubahan kecil di atmosfer tetapi sekaligus mampu memicu terjadinya badai Tornado nan dahsyat.

Prinsip yang sama berlaku di masyarakat manusia. Perubahan yang kecil dalam sikap pandang seseorang pada suatu kesempatan ternyata mampu mendorong ke arah perubahan mendasar di dalam masyarakat secara keseluruhan.

Al Gore, Wakil Presiden AS (1993-2001) di masa pemerintahan presiden Bill Clinton, adalah korban Efek Kupu-Kupu di kancah politik. Ketika Gore menjadi calon presiden dari Partai Demokrat berpasangan dengan Senator Joseph Lieberman pada tahun 2000, ia dikalahkan secara menyakitkan pasangan Partai Republik George W. Bush, Gubernur Texas yang berpasangan dengan Dick Cheney.

Gore sesungguhnya memenangkan “popular vote” lebih dari 500.000 suara dari sekitar 105 juta pemilih di AS. Namun, ia gagal memenangkan “electoral vote” setelah 25 electoral votes di Negara bagian Florida dinyatakan merupakan milik Bush. Gore merupakan kandidat presiden AS pertama yang memenangkan “popular vote” tetapi kalah dalam “electoral votes”.

Penyumbang terbesar kegagalan Al Gore menjadi Presiden AS sesungguhnya akibat "Efek Kupu-Kupu" yang dilakukan seorang desainer grafis. Pada tahun 2000, Theresa LePore memiliki gagasan untuk memperbesar jenis huruf (font) yang terdapat pada kartu pemilihan umum yang ia rancang untuk Pemilu Presiden AS di kawasan Palm Beach, Florida, AS dengan alasan agar lebih mudah dibaca para pemilih. Namun, tanpa disadarinya desain baru kartu dengan dua halaman yang sama itu telah membuat bingung para pemilih tentang bagian mana yang seharusnya dicoblos.

Sebagai hasilnya, 19.120 pemilih mencoblos gambar Pat Buchanan dan Al Gore sehingga kartu suara dinyatakan tidak sah. Sejumlah 3,407 pemilih dinyatakan memilih Pat Buchanan, hal yang mengejutkan Pat sendiri karena ia menduga hanya akan memperoleh ratusan pemilih saja. Sehingga diperkirakan ada 22.000 suara untuk Al Gore yang tidak terhitung atau salah coblos. Hasilnya seperti ditetapkan Mahkamah Agung AS bahwa George W. Bush yang memenangkan “electoral votes” di Florida, AS dan berhak masuk ke Gedung Putih. Sudah selayaknya, Bush berterima kasih atas jasa Theresa LePore.

Tanpa adanya "Efek Kupu-Kupu" seperti itu akankah Al Gore menjadi Presiden AS dan dunia menjadi lebih damai? Mampukah Gore menyelesaikan konflik Israel dan Palestina dengan adil? Akankah dia menyatakan Irak sebagai salah satu Poros Setan yang layak diserang terlebih dahulu karena memiliki senjata pemusnah massal yang berbahaya dengan konsekuensi perang yang berlarut-larut? Tidak ada yang tahu dengan pasti.

Drama Kain dan Habel Berulang

Satu hal yang sudah pasti bila Al Gore terpilih sebagai Presiden AS maka ia akan meratifikasi Protokol Kyoto sehingga dampak pemanasan global tidak memburuk seperti saat ini ketika Presiden AS George W. Bush menolak untuk meratifikasi perjanjian itu pada 2002 karena lebih berpihak pada kepentingan para industrialis AS. Namun, begitulah kenyataannya, di kancah politik terkadang yang buruk justru menuai keberuntungan.
Garry Lange dan Todd Domke dalam bukunya berjudul Cain and Abel at Work : How to Overcome Office Politics and the People Who Stand Between You and Success (Broadway Book, New York, 2001) membahas tentang ketidakadilan sejak manusia tercipta. Apalagi di bagian wal buku ini disajikan judul yang menggelitik : Why Good Things Happen To Bad People? Adakah yang salah dengan dunia ini?

Seperti diketahui dalam pelajaran agama kita mengenal adam dan hawa. Setelah terusir dari sorga, keduanya dikarunia dua anak laki-laki yakni Kain dan Habel. Kain hidup dari bercocok tanam sementara Habel memelihara ternak. Rupanya hanya persembahan Habel yang diterima Allah. Hal itu memimbulkan iri dan dengki di hati Kain, sang kakak. Karena gelap mata dipukulnya Habel hingga tewas. Terjadilah peristiwa kriminal pertama di dunia.

Kain melarikan diri dan di perantauan menemukan jodohnya. Kain memiliki anak bernama Enokh dan menyebut kediamannya dengan nama yang sama. Kondisi itu menjadikan kain seorang pengembang real estate pertama layaknya Donald Trump di masa kini. Kain juga merupakan politisi pertama. Ia pandai bicara, licin, pantang menyerah dan penuh ketamakan untuk menguasai dunia.

Kain adalah tipikal manusia yang dikuasai oleh nafsu iri, tamak, dengki, loba, aniaya dan angkara murka. Sementara Habel dikenal jujur, pekerja keras dan tak banyak bicara. Anehnya, nasib Kain justru selalu mujur. Kekayaannya berlimpah ruah. Kondisi macam itu berlangsung terus hingga abad ke-21. Meski tak ada manusia yang 100 persen berwatak setan maupun 100 persen berhati malaikat, kenyataannya lebih sering tampuk kekuasaan dipegang manusia dengan karakter Setan seperti Kain. Mudah-mudahan pelajaran dari kekalahan Partai Republik dalam pemilu sela lalu mampu menjadikan Presiden George W. Bush berwajah Habel daripada Kain dalam dua tahun sisa masa pemerintahannya. Semoga.***

PELAJARAN LUHUR DARI BOROBUDUR YANG TERLUPAKAN

Oleh Ari Satriyo Wibowo


Borobudur sesungguhnya merupakan buku pelajaran raksasa bagi bangsa Indonesia yang terbuat dari batu. Jauh sebelum bangsa Amerika memiliki toko buku Barnes & Noble maupun situs penjualan buku Amazon.com di Internet pada abad ke-20 , bangsa Indonesia sudah memiliki “gerai buku raksasa” yang pantas dibanggakan pada abad ke-9 Masehi.

Sungguh sayang rasanya bila kita tidak mampu memetik pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya. Apalagi, hanya memandang Borobudur sebagai obyek rekreasi serta lokasi komersial untuk menjual cindera mata, kaus, topi maupun makanan jajanan semata.

Setelah sempat eksis selama beberapa abad, hampir selama berabad-abad berikutnya “buku pelajaran raksasa” itu terlupakan. Borobudur tersia-sia menjadi onggokan gunung batu penuh timbunan tanah dan ditumbuhi semak belukar setelah Gunung Merapi meletus pada sekitar tahun 1080 Masehi yang menciptakan kiamat bagi pusat kerajaan di Jawa Tengah yang ikut menewaskan Raja Dharmawangsa dan pusat kekuasaan beralih ke Jawa Timur.

Beruntung Sir Thomas Stanford Raffles yang menjadi Walinegara di Indonesia ketika negeri ini dikuasai Inggris selama kurun 1811-1816 memiliki kepedulian terhadap sejarah dan arkeologi. Pada tahun 1814, Raffles menerima laporan bahwa ada peninggalan purbakala di desa Bumisegoro bernama Borobudur.

Raffles kemudian mengutus seorang Belanda yang berpengalaman dalam masalah percandian bernama Cornelius. Dengan mempekerjakan 200 orang desa, Cornelius membersihkan semak belukar beserta tanah yang selama berabad-abad menutupinya. Laporan kerja Cornelius menjadi salah satu bahan penting bagi Raffles yang kemudian dimasukkannya dalam buku “History of Java” yang diterbitkan tahun 1817. Berkat uraian buku tersebut keberadaan Borobudur memperoleh perhatian luas di kalangan ilmuwan dan arkeolog di manca negara.

Pada tahun 1885, Borobudur menjadi perhatian publik dunia ketika seorang perwira zeni Belanda bernama J.W. Ijzerman menemukan adanya relief di bagian kaki candi berupa fragmen Mahakarmawibangga yang menggambarkan hukum sebab akibat (karma).


Pekerjaan besar pemugaran selanjutnya dilakukan Theodor Van Erp, seorang perwira Zeni KNIL, dibantu seorang arkeolog J. Brandes dan seorang insinyur B.W. van de Kramer antara 1907 dan 1911. Namun kerusakan demi kerusakan tetap mencemaskan. Dalam waktu 16 tahun sudah terdapat 40 bidang relief dari 120 yang menggambarkan adegan “Lalitawistara” sudah mengalami kerusakan berat. Demikian pula bagian-bagian lainnya sehingga pemugaran yang bersifat tambal sulam tidak berguna untuk menyelamatkan monumen tersebut. Yang dibutuhkan Borobudur adalah pemugaran menyeluruh. Akhirnya, pada 29 Januari 1973 badan PBB urusan pendidikan dan kebudayaan (UNESCO) bersedia menyediakan dana serta memulai pemugaran. Proyek pemugaran selesai sepuluh tahun kemudian pada 23 Februari 1983.

***

Mengapa Borobudur dapat disebut sebagai buku pelajaran raksasa yang terbuat dari batu ? Hal itu wajar mengingat begitu banyaknya gambar timbul di dinding atau relief sejumlah 166 relief di bagian Kamadhatu pada batu seberat 13.000 meter kubik itu.

Kemudian di bagian Rupadhatu terdapat empat galeri dengan 1300 relief dengan
panjang seluruhnya sekitar 2,5 kilometer yang dikelilingi sekitar 1212 panel berdekorasi indah. Sementara itu, di bagian Arupadhatu terdapat 72 stupa yang berterawang dengan lubang-lubang berbentuk segi empat. Sedangkan, pada bagian paling atas atau Sunyata hanya terdapat sebuah stupa yang tertutup rapat.

Dari bagian-bagian Borobudur itu sebenarnya kita dapat memahami bahwa hidup manusia berada pada empat level keberadaan. Banyak para ahli yang memetakan kosmologi yang ada di Borobudur seperti kosmologi India yang membagi menjadi tiga dunia. Padahal, sesungguhnya Borobudur memuat mengenai empat dunia.

Dunia pertama terletak di dasar paling bawah yakni Kamadhatu atau dunia hawa nafsu dan sifat-sifat jahat (plane of passion and lust). Pada tingkatan ini manusia terikat dan dikuasai hawa nafsu dan sifat-sifat jahat. Oleh karena itu, untuk mengendalikannya biasanya diperlukan aturan atau hukum-hukum yang keras.

Dunia kedua disebut Rupadhatu (plane of image and forms) pada level ini manusia telah dapat menguasai hawa nafsunya tetapi masih terikat pada bentuk dan rupa. Manusia pada tingkatan ini masih mengejar status dan kekayaan karena mereka amat menghargai bentuk, rupa, wujud seperti kecantikan, ketampanan, kekayaan, kemegahan dan sebagainya.

Dunia ketiga adalah Arupadhatu (plane of non form) atau dunia tanpa bentuk. Di sini manusia sudah tidak lagi mementingkan lagi pada bentuk dan rupa. Manusia di level ini sudah menyadari hakikat hidup sesungguhnya.

Sedangkan, dunia keempat disebut Sunyata (The True Existence, Absolution )
merupakan tingkatan yang tertinggi yang tak mampu lagi dijangkau dengan nalar karena telah mencapai Makrifat Tuhan. Manusia di level ini telah bebas lepas sama sekali dan memutuskan untuk selama-lamanya ikatan duniawi. Oleh karena itu, perwujudannya berupa stupa yang sama sekali tertutup, tidak berterawang lagi seperti yang terdapat di bagian Arupadhatu.

Sepintas lalu keempat tingkatan tadi mengingatkan kita pada hirarki pemahaman agama dalam tradisi Islam yakni Syariat (tahapan pengendalian nafsu-nafsu dengan menerapkan aturan-aturan yang ketat), Tarikat , Hakikat dan Makrifat.

Bagi pemeluk agama Nasrani, peristiwa penyaliban Yesus sesungguhnya dapat pula dimaknai sebagai transformasi dari tahapan tanpa bentuk menuju tahapan kasunyatan (Absolution).

Jadi, sesungguhnya Borobudur pun dapat dimaknai secara lebih universal dan bersifat lintas agama.

Menurut Borobudur manusia akan berkembang menuju kesadaran yang lebih tinggi, dari terendah yang masih dikuasai hawa nafsu hingga mencapai taraf pembebasan dari ikatan duniawi. Menggunakan matriks Borobudur kira-kira kita dapat memperkirakan di mana keberadaan umat manusia saat ini. Sebagian besar masyarakat dunia saat ini berada di level Rupadhatu karena umumnya masih mengejar status dan kekayaan. Tetapi, tidak sedikit pula yang masih di level Kamadhatu karena masih dikuasai hawa nafsu serta sifat-sifat jahat seperti korup, serakah, selingkuh, iri, loba , aniaya dan sebagainya.

Nah, di mana kira-kira letak bangsa Indonesia sekarang ini dalam konteks matriks Borobudur tersebut? Melihat prestasi bangsa Indonesia paling mutakhir sebagai bangsa paling korup di Asia, anggota perlemennya suka berkelahi, aparat penegak hukumnya menyeleweng serta negerinya rawan kerusuhan, ledakan bom dan berbagai bencana alam, tampaknya kita masih belum beranjak dari tingkat paling dasar yakni Kamadhatu.

Semua itu, karena karena kita telah melupakan bahkan sama sekali tidak mempedulikan pelajaran luhur yang terkandung dalam Borobodur. Sebuah buku
pelajaran raksasa bagi bangsa Indonesia yang terbuat dari batu dan sudah berdiri lebih dari duabelas abad yang lalu.


***

Andai saja bangsa Indonesia bersedia untuk belajar, menghayati dan mengamalkan pelajaran luhur yang diwariskan Borobudur maka ketika bangsa ini merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-60 pada tanggal 17 Agustus 2005, Indonesia sudah mencapai tahap adil, makmur dan sejahtera. Tetapi, karena mengabaikan warisan luhur yang terkandung dalam Borobudur itu, maka yang dialami bangsa ini justru meningkatnya angka kemiskinan disertai himpitan utang luar negeri yang luar biasa besar.

Kekayaan alam, flora dan fauna dijarah habis-habisan. Pasir laut yang dijual secara ilegal ke Singapura menembus angka Rp 72 triliun, pembalakan liar di Kalimantan dan Papua diperkirakan sekitar Rp 30 triliun, penyelundupan satwa langka sebesar Rp 100 triliun, ikan yang dicuri dari laut Indonesia mencapai Rp 36 triliun dan penyelundupan Bahan Bakar Minyak (BBM) paling sedikit Rp 50 triliun. Aparat penegak hukum yang seharusnya ikut menjaga praktik pencurian dan perampokan itu tidak berdaya akibat minimnya sarana. Selain itu, tidak sedikit kalangan petinggi mereka yang ternyata ikut bermain.

Sudah begitu, berbagai bencana dan musibah datang silih berganti dan bertubi-tubi mulai dari banjir, tanah longsor, gempa bumi hingga tsunami. Tidak ketinggalan busung lapar, polio dan wabah flu burung ikut merebak. Kelangkaan BBM yang diikuti krisis listrik PLN mulai dimana-mana sehingga membuat kehidupan berbangsa dan bernegara semakin tidak nyaman.


Indonesia bukannya menjadi bangsa terhormat namun cenderung menjadi bangsa paria di tengah masyarakat dunia. Sebagai sebuah negara pun Indonesia sudah mengarah menjadi negara gagal (failure state).

Mengapa semua hal itu dapat terjadi? Selain akibat gagal melakukan pembelajaran yang benar dari warisan luhur yang terkandung di Borobudur, segala tragedi itu sesungguhnya merupakan akumulasi dari tidak seriusnya bangsa ini menangani semua praktik korupsi yang terjadi sejak zaman Orde Baru (1967-1998). Akibatnya, ketika muncul reformasi 1998 korupsi malahan semakin merajalela dan terjadi di semua tingkatan masyarakat.

Tidak mengherankan bila Indonesia pada tahun 2005 menuai prestasi sebagai negara paling korup peringkat ke -137 dengan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sebesar 2,2 di antara 158 negara di dunia yang diteliti Transparency International. Angka itu sedikit lebih baik bila dibandingkan IPK Indonesia tahun 2004 yang sebesar 2,0. Dengan raihan angka tersebut maka posisi Indonesia hanya sedikit lebih baik dibandingkan negara-negara paling korup dunia seperti Angola, Republik Demokratik Kongo, Pantai Gading, Georgia, Tajikistan,Turkmenistan, Nigeria, Kamerun, Bangladesh, Haiti dan Chad.

***

Apa pun yang diperbuat manusia di muka bumi ini pada dasarnya adalah untuk berbuat baik. Cuma caranya bisa salah, bisa benar. Contoh sederhananya perampok. Apakah perampok itu untuk berbuat baik atau tidak? Mari kita telusuri dan berdialog dengan perampok itu.

“Buat apa Anda merampok?”
“Karena saya stress tidak punya uang, habis di-PHK, istri ngomel melulu.”
“Untuk apa uang hasil rampokanmu itu”
“Untuk keluarga dan untuk bersenang-senang,” jawab si perampok.

Dari jawaban itu, kita bisa menarik kesimpulan bahwa tujuan merampok adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kesenangan. Si perampok ingin menyenangkan dirinya setelah mengalami stress karena di-PHK. Ia juga ingin menyenangkan keluarganya. Dengan demikian, ia berusaha menjaga keseimbangan hidupnya. Niatnya baik tetapi caranya salah.


Fenomena ala perampok ini telah menjalar ke seluruh sendi kehidupan masyarakat dalam bentuk korupsi. Apa harta korupsi itu halal? Pasti haram, sama dengan uang hasil perampokan itu. Kalau ditanya untuk apa uang hasil korupsi itu, jawabnya pasti untuk membahagiakan keluarga dan dirinya sendiri.

Yang celaka adalah si koruptor tidak merasa kalau uang hasil korupsinya adalah haram, sehingga terus menerus melakukannya, apalagi kalau tidak ketahuan. Korupsi itu bisa dalam bentuk pungli, uang semir, mengurangi timbangan, harta riba, mengakali konsumen dan lain-lain. Orang yang korupsi pada dasarnya ingin bahagia, tetapi langkahnya keliru. Hal ini dapat membuat hidup mereka sengsara.

***

Sarlito Wirawan Sarwono menulis artikel di Kompas, Sabtu, 8 Oktober 2005 di halaman 6 dengan judul “Bangsa Tak Berahlak”. Ia dengan jeli membedakan ahlak sebagai jargon agama untuk budi pekerti (istilah sekolahan) dengan Moral atau Etika (istilah ilmiah). Sementara, ilmu filfasat membedakan etika (baik buruk), dari estetika (indah jelek), dan logika (benar-salah).

Masih menurut Guru Besar Psikologi UI itu, dalam berperilaku tidak berakhlak, ada niat atau kesengajaan untuk berbuat buruk, atau melanggar etika atau immoral.

Contohnya banyak sekali. Sengaja melanggar lampu merah sehingga lalu lintas macet, sengaja menaikkan harga untuk keuntungan sendiri, sengaja membeli ijazah palsu untuk mengelabui calon mertua, meminta pungutan liar, menebang hutan lindung,menyuap calo DPR, menggelapkan barang bukti, merusak sekolah karena tak lulus ujian dan seterusnya. Itu contoh ribuan bahkan jutaan.

Pantas jika Indonesia mendapat julukan salah satu negara paling korup di dunia bahkan paling munafik karena kemaksiatan berjalan seiring dengan maraknya kehidupan keagamaan bangsa ini.

Menurut logika mustahil maksiat dapat berjalan seiring dengan agama. Bagaimana mungkin agama tidak berujung pada ahlak yang baik, seperti yang selalu diteorikan?

Tentu ada yang salah. Beberapa pakar berpendapat, agama di Indonesia baru sebatas upacara, belum memengaruhi sikap mental sehingga tidak ada dampaknya pada perilaku. Tetapi, bagaimana nalarnya sehingga pendidikan dan pelajaran agama yang sudah masuk kurikulum sejak TK sampai mahasiswa tidak berdampak pada sikap?

Jika pertanyaan ini dijawab dalam teorinya para ustadz dan khatib, tidak akan ketemu penjelasannya. Karena dalil yang selalu dikemukakan pemuka agama adalah jika kita melaksanakan ajaran Tuhan dan Rasul, ujungnya pasti akhlak (dunia) dan surga (akhirat). Padahal dalil inilah yang justru diterapkan dalam praktik pendidikan agama di sekolah-sekolah Indonesia : sejak TK murid diwajibkan menghafalkan ayat-ayat kitab suci dan doa-doa. Ulangan dan ujian seputar ayat-ayat dan doa-doa itu.

Sementara itu, menurut teori psikologi, khususnya teori belajar, yang terjadi sebaliknya. Dalam teori belajar dikatakan seseorang harus berbuat dulu (psikomotorik) baru timbul pemahaman (kognitif), akhirnya muncul sikap (afektif).

Dengan demikian untuk belajar ahlak, anak TK-SD seharusnya disuruh belajar praktik budi pekerti terlebih dahulu, misalnya, bagaimana mengucapkan terimakasih, mengapa orang harus meminta maaf, apakah hari ini sudah mencium tangan mama-papa, apakah sudah memberi makan kucing kesayangan? Dan seterusnya.

Melalui praktik budi pekerti timbul empati, yaitu kemampuan menyayangi binatang, mengagumi keindahan, menghargai dan berempati pada orang lain, dengan sendirinya akan terhindar dari sikap arogan atau mau menang sendiri.

Ketika anak belajar ayat dan doa-doa, ia akan paham apa yang dimaksud ayat dan doa itu sehingga ia tidak akan menghujat atau membunuh orang lain sambil kerongkongannya meneriakkan nama Tuhan

***

Sesungguhnya ajaran-ajaran agama yang bertebaran di sekitar kita sudah mengajarkan kita untuk selalu memelihara lingkungan dengan bijak. Dalam setiap agama mulai dari Hindu, Buddha, Kristen maupun Islam terdapat pesan-pesan agar selalu hidup harmonis dengan alam semesta.

Kapan kiranya alam semesta ini tercipta? Pertanyaan tersebut sudah cukup lam
mengusik umat manusia sejak berabad-abad silam untuk mengungkapkannya. Ada yang cukup puas dengan mitos, ada yang membuka kembali kitab-kitab suci lalu memperkirakan ataupun menciptakan peralatan yang canggih untuk mendeteksi yang lebih akurat.

Uskup Usser dan John Lightfoot dari Inggris yang hidup di abad ke-17 menaksir bahwa dunia ini tercipta pada tahun 4004 SM. Bagaimana mereka memperoleh angka tersebut? Ternyata keduanya menafsirkannya dari Kitab Injil Perjanjian Lama, yaitu Kitab Kejadian, pasal 2, ayat 2 dan seterusnya yang berbunyi :

“Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu …”

Sedangkan dalam kitab suci Al Qur’an istilah “hari” diperluas maknanya sebagai “masa” sebagaimana tertuang dalam Surat Qaaf :38, “Dan sesungguhnya telah Allah ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa.” Kembali hal tersebut dapat ditemukan dalam surat Hud : 7 maupun Al Furqan : 59.

Tekanan pada istilah “masa” tersebut mengingat kita pada pembagian periode pertumbuhan bumi oleh pakar geologi. Periode itu secara berurutan dikenal sebagai : Azicum, Erchezoicum, Protozoicum, Palaezoicum, Mesozoicum dan Cenozoicum yang keseluruhannya diperkirakan memakan waktu sekitar 2,65 miliar tahun.

Manusia sendiri sesungguhnya merupakan produk dari zaman Cenozoicum. Spesies manusia yang dikenal sebagai Homo Sapiens baru terdeteksi keberadaannya sekitar 50.000 tahun yang lalu meskipun nenek moyang manusia seperti Australopithecus Africanus, pertama kali muncul sekitar 5,5 juta tahun yang lalu. Karenanya sangat mungkin sekali bahwa manusia gua seperti Australopithecus Africanus dalam kenyataannhya tak pernah hidup berdampingan dengan mahluk Dinosaurus yang diperkirakan telah punah di zaman Mesozoicum, sekitar 65 juta tahun yang lalu.

Mengapa Dinosaurus punah? Ada teori yang mengatakan bahwa mahluk raksasa tersebut punah karena tak mampu beradaptasi dengan perubahan iklim drastis, yakni tatkala memasuki zaman es. Namun, temuan ilmuwan paleontologi Jerman dari Universitas Bonn yang melakukan penggalian di Provence, Perancis menemukan bahwa penyebab kepunahan Dinosaurus adalah penipisan kulit telur Dionosaurus, sehingga menjadi sangat rentan. Hal itu berdasarkan perbandingan antara kulit telur yang ditemukan di lapisan tanah yang lebih tua yang memiliki ketebalan 2-4 milimeter
dengan lapisan tanah yang lebih muda yang hanya berketebalan 1,1-1,4 milimeter. Menipisnya kulit telur menyebabkan telur mudah rusak, tak dapat menetas dan secara perlahan tetapi pasti mengantar kepada kepunahan.

Di zaman sekarang orang dengan mudah menuduh DDT atau limbah kimia buangan pabrik sebagai penyebabnya, tetapi di zaman Mesozoic belum ada cairan kimia produk pabrikan semacam itu. Akhirnya, ilmuwan Jerman itu menemukan bahwa peningkatan populasi yang pesat dalam habitat Dinosaurus yang terbatas --- dalam rawa-rawa yang telah mengering --- telah mengakibatkan stress sehingga memicu perubahan hormonal yang menyebabkan kulit telur yang dihasilkan induk Dinosaurus makin menipis. Singkat cerita, Dinosaurus punah karena “perkembangan masyarakat Dinosaurus tidak terkelola dengan baik sesuai dengan kehendak alam” (Fred Warshofsky,Doomsday, Sphere Books, London, 1979).

Demikian pula kepunahan berbagai tumbuh-tumbuhan. Diperkirakan ada sejumlah 20.000 spesies tumbuhan di dunia ini dan 2000 spesies di antaranya sudah diambang kepunahan akibat ulah manusia. Spesies tumbuhan punah disebabkan oleh polusi dan buangan limbah industri, buangan hasil tambang dan sebagainya. World Wild Fund (WWF) memperkirakan hutan tropis yang menjadi hunian sekitar 10% hewan mamalia, burung dan tumbuhan dalam proses perusakan dalam tingkat 14 hektar per menit akibat ulah manusia.

Kita lihat sendiri akibat dari praktik illegal logging yang melanda Indonesia hutan-hutan Indonesia di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua terancam musnah. Sebelumnya kerusakan sudah ditimbulkan para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang selama lebih dari tiga dasa warsa mengeksploitasinya secara besarbesaran.

Kerusakan yang ditimbulkannya sungguh luar biasa. Akibatnya kota-kota besar di Kalimantan yang sebelumnya tak pernah dilanda banjir kini mengalami musibah banjir tahunan.

Sungguh berbeda dengan perilaku para pemegang HPH di Swedia. Di sana perusahaan HPH mempunyai sebuah kebijakan pelestarian alam yang memungkinkan perusahaan tersebut mengusahakan hutan yang menjadi haknya sedemikian rupa sehingga terhindarlah efek-efek perusakan yang permanen atas tanah dan air, mempertahankan kehidupan berbagai macam tumbuhan dan hewan, melindungi semua spesies tumbuhan dan hewan selama pengusahaan, melindungi semua peninggalan kepurbakalaan dan sejarah, serta meluluskan permintaan penduduk setempat untuk masuk dan ikut mengambil hasil hutan asal masih dalam batas kewajaran.

Pada 1996 penulis diundang untuk mengunjungi lokasi pertambangan batu bara
Balckwater di negara bagian Queensland Australia. Di sana penulis menyaksikan
bagaimana tanggung jawab lingkungan BHP yang tinggi dengan mengembalikan kondisi lahan seperti semula, sebagaimana kondisi sebelum mereka menggali batu bara.

Lapisan-lapisan tanah yang semula ada di perut bumi dikembalikan ke tempatnya sesuai urutan, dan lapisan permukaan tanah yang dapat ditanami (soil) diletakkan paling atas. Hasilnya lahan bekas pertambangan tersebut menjadi bukit-bukit kecil yang rimbun. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa di sana pernah dilakukan penggalian tambang sebelumnya.

Peter Russel dalam buku The Awakening Earth (Ark London, 1984) menggambarkan bumi sebagai organisme yang hidup. Sebagaimana layaknya manusia, bumi juga memiliki mulut, telinga, hidung, paru-paru, jantung, ginjal serta saluran pembuangan.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia juga perlu menjaga kelestarian alam dengan sebaik-baiknya agar bumi tidak “menderita sakit” sehingga menimbulkan bencana berupa gempa, gunung meletus, angin topan, hujan badai dan sebagainya.

Dalam ajaran Hindu dikenal Dewa Wisnu sebagai sang sang pemelihara alam semesta. Ia selalu mewujud dalam sosok pemimpin teladan yang menegakkan kebenaran mulai dari Sri Rama yang berperang melawan Rahwana dari Kerajaan Alengka hingga menitis pada Sri Kresna yang menjadi sais kereta kuda Arjuna dalam ajang perang Baratayudha.

Ikuti percakapan antara Sri Kresna dan Arjuna yang tercatat di bagian keempat
(Karmajana-yoga) Kitab Bhagawat Gita ayat 5-8. Bunyi selengkapnya sebagai berikut :


(5)”Banyak kali aku dilahirkan dan engkau juga, Arjuna. Aku memaklumi tiap-tiap
kelahiran-Ku, namun engkau tidak tahu.”

(6) “Meskipun Aku tidak terlahir, sifatnya Kekal dan Maha Kuasa. Aku dapat menjelma dari gaya maya yang keluar dari diri-Ku sendiri.”

(7-8) “Karena setiap kali tampak Dharma goncang dan lalu timbul Adharma, Aku
melahirkan diriku sendiri untuk melindungi yang baik, menegakkan hukum dan
membasmi yang jahat dan ini terjadi pada setiap Yuga (masa dunia)”.

Dalam ayat-ayat tersebut terkandung pesan bahwa setiap kali dunia mengalami kerusakan, apakah itu kerusakan lingkungan maupun kerusakan moral, maka Tuhan akan datang untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Kedatangannya ke dunia ini tentu saja melalui utusan-utusannya yang terpilih.


Sedangkan, dalam kosmologi Islam, manusia memiliki peran sebagai Kalifatullah atau “wakil Tuhan di dunia.” Namun, karena manusia memiliki hawa nafsu maka jika tidak mampu mengendalikannya maka manusia berpontensi untuk merusak alam dan lingkungan. Tidak mengherankan dalam Surat Al Baqarah (2 :30) dikisahkan bagaimana para malaikat menyampaikan protes kepada Tuhan ketika hendak memberikan amanat kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Bunyi selengkapnya ayat tersebut sebagai berikut :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “ Mereka berkata,”Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman,” Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”


Agaknya, tradisi-tradisi spritual lintas agama yang kini populer dengan sebutan
psikologi transpersonal perlu dikembangkan lebih lanjut. Tradisi itu lebih menekankan pada pentingnya penerangan dimensi bawah sadar yang dipahami secara baru yang tidak hanya menyimpan pengalaman pahit, tetapi juga mutiara yang mampu mengubah perilaku secara radikal. Pengalaman dalam banyak praktik spiritual terbukti menggiring setiap orang ke sumber kebaikan yang bersemayam dalam dunia batinnya.

Pemberdayaan dunia bawah sadar mampu menciptakan perubahan penting dalam perilaku. Penyadaran tersebut dapat tampil dalam beragam bentuk tergantung keyakinan yang dianutnya seperti introspeksi, refleksi, kontemplasi, meditasi, yoga, iktikaf, tafakur atau dzikir. Dengan demikian manusia akan kembali pada fitrahnya sebagai mahluk pencinta lingkungan yang selalu memelihara lingkungan hidup dan bukan menjadi perusak lingkungan. Manusia pun menjadi lebih mudah untuk mencerna, menghayati sekaligus mengamalkan pesan-pesan luhur yang terkandung di Borobudur yakni mengenai keberadaan empat dunia atau empat level kehidupan manusia yakni Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu dan Sunyata (ASW).***


Daftar Pustaka

1. HCB Dharmawan et al (editor), SURGA PARA KORUPTOR, Penerbit Kompas, Jakarta, 2004
2. Jeremy Pope (editor), Pengembangan Sistem Integritas Nasional, Pustaka
Utama Grafiti, Jakarta, 1999
3. Daoed Joesoef, Borobudur, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 2005
4. Sarlito Wirawan Sarwono, Bangsa Tak Berahlak, Artikel Opini di Kompas, Sabtu, 8 Oktober 2005 di halaman 6.
5. Yohanis F LA Kahija, Pengobatan Alternatif Perilaku Korup, Artikel Opini di
Kompas, Senin, 7 November 2005 halaman 6.

Friday, December 1, 2006

TERORIS YANG SEBENARNYA ADALAH PEMANASAN GLOBAL

Oleh Ari Satriyo Wibowo

“It is now clear that we face a deepening global climate crisis that require us to act boldly, quickly and wisely.”

Al Gore dalam “An Inconvenient Truth” (2006)

Kata-kata itu mungkin dapat mewakili presentasi Al Gore, mantan Wapres AS di masa pemerintahan Bill Clinton, yang sungguh mempesona sekaligus mencekam dalam film dokumenter “An Inconvenient Truth”. Tayangan berdurasi 100 menit karya sutradara David Guggenheim itu memikat karena disampaikan sarat dengan data dan tabel hasil penelitian bertahun-tahun. Sudah begitu, Al Gore sengaja memberikan ilustrasi dengan animasi kartun dan selingan humor sehingga penyajiannya terasa segar. Menyaksikan film dokumenter produksi Paramount Classic --- yang keping DVD-nya dapat diperoleh dengan mudah di kawasan Glodok, Jakarta --- seolah membawa penonton mengikuti sebuah kuliah terbuka dari seorang maha guru ulung di bidang lingkungan dengan dukungan efek multimedia yang menawan.

Ancaman pemanasan global memang nyata. Setiap peningkatan suhu sebesar 1 derajat di wilayah Khatulistiwa akan menciptakan peningkatan suhu sebesar 12 kali lipat di wilayah kutub Utara dan Selatan. Kekuatiran mencairnya es di kedua kutub semakin terlihat. Harian Indopos, 4 November 2006 lalu , misalnya, melaporkan bahwa sedikitnya 100 gunung es mengapung di Samudra Selatan, di sebelah Selatan Selandia Baru. Setelah menerima laporan tersebut, pihak Maritim Selandian Baru segera mengeluarkan peringatan navigasi kepada seluruh pengguna jalur perkapalan tersebut. Berdasarkan pengamatan Angkatan Udara Selandia Baru bongkahan es tersebut berukuran 2 x 1,5 kilometer persegi dengan tinggi sekitar 130 meter.

AS dan Australia adalah dua negara yang menolak menandatangani Protokol Kyoto 2002. Pemerintahan AS dibawah Presiden Bush berkilah bahwa menandatangani protokol itu akan mengakibatkan penggangguran besar di negaranya. Protokol itu mewajibkan 40 negara untuk mengurangi emisi karbon dioksida sedikitnya 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 sebelum tahun 2008-2012. AS secara global menyumbang sekitar 30,3 persen dari pemanasan global sementara Eropa sebesar 27,7 persen dan Asia sejumlah 12,2 persen. Emisi karbon per kapita AS mencapai 5 persen sementara sumbangan emisi karbon AS berdasarkan wilayah mencapai 5,47 persen.

Selama ini, bumi menjadi hangat karena dipanasi oleh matahari melalui gelombang cahaya. Namun, cahaya matahari yang masuk tidak begitu saja diterima oleh bumi. Cahaya matahari harus melalui lapisan atmosfir yang menyelebungi dan melindungi bumi.

Cahaya yang masuk diserap oleh kehidupan di bumi. Sisanya dipantulkan kembali ke angkasa melalui radiasi. Atmosfer terdiri dari campuran dari berbagai gas. Beberapa jenis gas mempunyai kemampuan menahan panas matahari yang masuk dan mencegahnya kembali ke angkasa. Ini menyebabkan permukaan Bumi tetap hangat.

Fungsinya mirip dengan panel kaca di rumah kaca sehingga gas-gas tersebut disebut Gas Rumah Kaca (GRK). Tanpa proses ini, Bumi akan menjadi tempat yang dingin bahkan terlalu dingin untuk ditinggali mahluk hidup . Namun, terlalu banyak GRK akan menyebabkan suhu Bumi naik terlalu banyak.

Saat ini jumlah GRK di atmosfer adalah yang paling besar daripada sebelumnya karena polusi yang disebabkan manusia. Itu menyebabkan Bumi jadi makin panas yang memicu perubahan iklim global yang ekstrem. Gletsyer di Kilimanjaro, Italia, Swiss, Peru dan Argentina dari tahun ke tahun makin menyusut dan menghilang. Di mana-mana terjadi badai, topan kencang termasuk Badai Katrina dahsyat yang melanda New Orleans, AS pada 29 Agustus 2005. Gelombang udara panas telah menewaskan 15.000 orang di Perancis, 14.000 di Belanda, 13.000 di Portugal dan 1400 orang Andhar Pradesh, India. Hujan dengan curah hujan di atas rata-rata juga terjadi dimana-mana. Akibat cairnya es di kutub maka negeri Belanda akan langsung tenggelam karena lokasinya yang lebih rendah dari laut dan kota-kota besar dunia seperti New York, Shanghai dan Calcutta terancam tenggelam dan ratusan juta manusia bakal kehilangan tempat tinggal.

Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim gobal yang ekstrem diantaranya akan membuat musim kering yang berkepanjangan di berbagai belahan dunia yang berakibat terhadap kegagalan panen. Amerika Serikat yang selama beberapa dekade dikenal sebagai lumbung gandum dunia mungkin kelak akan lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik daripada mengekspornya. Australia, salah satu lumbung gandum dunia lainnya yang tidak menandatangi Protokol Kyoto juga telah merasakan dampak pemanasan global berupa kemarau terburuk dalam 100 tahun terakhir ( Kompas, 3 November 2006, “Australia Inginkan ‘Kyoto Baru’ di Asia”).

Bangkitnya Jurnalisme Advokasi

Andaikata Al Gore terpilih sebagai Presiden AS pada tahun 2000 lalu maka penulis buku laris Earth in the Balance : Ecology and the Human Spirit (1992) pasti akan meratifikasi Protokol Kyoto sehingga dampak pemanasan global tidak memburuk seperti saat ini ketika Presiden AS George W. Bush menolak untuk meratifikasi perjanjian itu pada 2002 karena lebih berpihak pada kepentingan para industrialis AS.

Melalui kuliah dan ceramahnya tentang dampak pemanasan global yang tak kenal lelah dari kota ke kota di hampir separuh negara bagian di AS mulai dari Nashville di Tennesse, Los Angeles, San Fransisco, Washington DC, New York, Columbus, Mineapolis hingga Ann Arbor di Michigan, ia menuai dukungan publik dan pers yang amat kuat. Berkat presentasinya yang sarat data ilmiah yang akurat publik diyakinkan akan bencana global yang bakal terjadi jika manusia mengabaikannya.

Apa hasilnya? Sekalipun di tingkat negara AS, menolak meratifikasi Protokol Kyoto tetapi negara bagian dan kota-kota di AS secara bertahap akan dengan patuh menaati Protokol Kyoto tersebut. Dimulai dari negara bagian California, Oregon, Pensylvania dan diikuti pula negara bagian dan kota-kota di AS lainnya. Sesuatu yang ironis, bukan?

Langkah Al Gore bukannya tanpa halangan. Seorang ilmuwan bernama Philip Cooney yang semula bekerja pada American Petroleum Institute dan kemudian diangkat Presiden George W. Bush sebagai Kepala Staf Bidang Lingkungan di Gedung Putih berkali-kali melakukan pemutarbalikkan fakta tentang pemanasan global dalam laporan-laporan yang dikeluarkan Gedung Putih. Al Gore menyebut itu sebagai tindakan Gedung Putih yang memalukan sambil menyindir, “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends upon his not understanding it.”

Ceramah Al Gore tidak hanya sebatas di dalam negeri, ia pun mengunjungi puluhan kota di luar negeri dari Toronto, London, Wina, Stockholm, Helsinki, Brussel, Geneva, Munich, Tokyo, Seoul hingga Beijing. Sambutan yang diperolehnya umumnya sangat hangat. Tidak mengherankan bila David Carr, seorang kolumis harian Times berpendapat, film dokumenter “An Incovenienth Truth” atau produksi National Geographic semacam “March of the Penguins” bakal menjadi kendaraan yang ampuh bagi bangkitnya jurnalisme advokasi baik di media cetak maupun elektronik. Film dokumenter semacam itu mampu menggantikan isu-isu yang membosankan sekaligus menampilkan figur seseorang menjadi tontonan yang menghibur.

Tampaknya jurnalisme advokasi bakal menjadi genre jurnalisme baru yang didasarkan pada fakta namun didukung dengan data-data yang akurat dan spesifik atas isu tersebut dan disajikan secara memikat. Jurnalisme advokasi umumnya berfokus pada kisah-kisah yang berhubungan praktik bisnis perusahaan, korupsi politik dan isu sosial lainnya. Sudah sepatutnya media-media di Indonesia melakukan terobosan-terobosan inovatif agar dapat menghadirkan pula sajian atau tayangan jurnalisme advokasi yang menghibur di tengah carut-marutnya situasi sosial, ekonomi, politik dan hukum di negeri ini.

Misalnya, soal ketahanan pangan kita bila terjadi krisis pangan global? Masih bisakah kita mengonsumsi mi dan tahu bila bahan terigu dan kedelainya masih saja diimpor? Masih latahkah kita dengan budaya impor beras di saat petani panen ketimbang menggalakkan program swasembada beras / pangan? ***